Breaking News
Loading...
Thursday, June 20, 2013

Info Post

Namun, tahukah alasan mereka atau kita melakukannya? Tentu saja jawaban sederhananya adalah karena ciuman terasa baik. 

Namun, ada beberapa orang yang merasa penjelasan tersebut tidak cukup. Mereka yang secara formal belajar anatomi dan evolusi sejarah ciuman, menyebut diri mereka sebagai philemantologist

Suatu pertanyaan besar, apakah ciuman dipelajari, atau hanya insting? Beberapa ahli menyatakan, ciuman merupakan perilaku yang dipelajari, dan berasal dari kehidupan nenek moyang awal kita. 

Saat itu, ibu mengunyah makanan dan setelah halus memberikannya kepada anaknya yang masih ompong, langsung dari mulutnya. 

Bahkan, setelah bayi mereka memiliki gigi, ibu akan tetap menekankan bibir mereka ke pipi bayinya, agar sang bayi merasa nyaman. Dukungan lain dari gagasan bahwa ciuman dipelajari, adalah fakta bahwa tidak seluruh manusia berciuman. 

Menurut temuan para antropolog, beberapa suku di seluruh dunia tidak melakukannya. Sebanyak 90 persen manusia benar-benar berciuman, dan 10 persen lagi tidak melakukannya. 

Pakar lainnya percaya, berciuman memang perilaku naluriah. Perilaku beberapa binatang yang juga melakukan ciuman dapat menjadi buktinya. 

Meski sebagian besar binatang menggosokkan hidungnya satu sama lain sebagai tanda kasih sayang, yang lainnya saling berciuman layaknya manusia, seperti yang dilakukan bonobo, sejenis simpanse. 

Saat ini, teori ciuman yang diterima lebih luas, adalah bahwa manusia melakukannya karena membantu mereka mengendus kualitas pasangan. Ketika wajah kita berdekatan, hormon feromon 'berbicara' (menukar informasi biologis mengenai apakah keduanya akan memiliki keturunan yang kuat atau tidak). 

Namun, tetap saja, kebanyakan orang sudah terpuaskan dengan penjelasan bahwa berciuman dilakukan karena itu memang terasa enak. 

Bibir dan lidah dikemas dengan ujung saraf yang membantu mengintensifkan semua sensasi memusingkan dari jatuh cinta, saat kita menekan mulut ke orang lain. (*) 

0 komentar:

Post a Comment